Featured
- Get link
- X
- Other Apps
HASIL MEMUASKAN, INI TRIK DAN TIPS CARA BUDIDAYA CABAI HIBRIDA 2021
Cara Budidaya Cabai Hibrida.
Cara Budidaya Cabai Hibrida − TEKNIK BUDIDAYA CABAI HIBRIDA
SISTEM MULSA PLASTIK. Dewasa ini bertani cabai hibrida sistem mulsa plastik
hitam perak (MPHP) banyak dipraktekkan pada cabai Hot Beauty, Hero, Long Chili,
Ever-Flavor dan cabai Paprika. Dimungkinkan pula pada usahatani cabai keriting
hibrida maupun cabai kecil (rawit, cengek) hibrida. Alasan utama sistem MPHP
digunakan pada cabai-cabai hibrida adalah untuk mengimbangi biaya pengadaan
MPHP dari peningkatan hasil cabai yang lebih tinggi daripada cabai biasa,
sehingga secara ekonomis menguntungkan. Budidaya cabai hibrida dengan sistem
MPHP merupakan perbaikan kultur teknik ke arah yang intensif. Pada umumnya
sistem budidaya cabai di sentra-sentra produksi cabai masih menggunakan benih
lokal dan populasi tanaman per hektarnya tinggi. Populasi yang sangat rapat ini
dapat mengakibatkan penangkapan sinar matahari setiap tanaman berkurang dan
kelembaban udara di sekitar kebun menjadi tinggi. Kelembaban yang tinggi
seringkali dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit. Perbaikan kultur
teknik budidaya cabai secara intensif untuk meningkatkan produksi maupun
kualitas hasil, diantaranya adalah penggunaan benih unggul dari varietas
hibrida yang bermutu tinggi, penerapan MPHP, pemupukan berimbang, pengendalian
hama dan penyakit, serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan
perempelan tunas ataupun daun.
Kegiatan pokok teknik budidaya cabai hibrida sistem MPHP
meliputi
Penyiapan Lahan
Dalam budidaya cabai hibrida sistem MPHP, penyiapan lahan harus
didahulukan, kemudian disusul dengan penyiapan benih atau pembibitan. Maksudnya
agar tanah sebagai media tanam benar-benar telah matang dan layak ditanami.
Sebaliknya, bila pembibitan didahulukan, maka penyiapan lahan akan
terburu-buru, sehingga tanahnya belum matang benar dan bibit sudat terlanjur
tua. Bibit cabai hibrida umumnya siap dipindahtanamkan dari persemaian ke
lapangan (kebun) pada umur 17 – 23 hari (berdaun 2 – 4 helai). Bila bibit
terlambat dipindahtanamkan (terlanjur tua), pertumbuhan kurang optimal dan
produksinya menurun (rendah).
Persyaratan lahan untuk kebun cabai hibrida sistem MPHP
adalah :
Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.
Lahan bukan bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang,
tomat, terung taupun tembakau ; guna menghindari risiko serangan penyakit.
Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas
tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat.
Lahan tegalan (tanah kering) dapat digunakan, asal cukup
tersedia air.
Syarat Iklim
Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai
pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak
terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman
cabai adalah 240 – 270 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C.
Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap
lingkungan tumbuh. Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan
baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan cabai hibrida
Long Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 – 1500 m dpl. Khusus
untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Kisaran
temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara
210 – 250 C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur 18,30.
Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi
karena dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir
bobot buah akan sangat rendah. Pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah
muda, serta ukuran buah sangat kecil. Meskipun cabai paprika umumnya cocok
ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula dikembangkan di dataran menengah
mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara memanipulasi lingkungan. Alih
teknologi budidaya paprika di dataran menengah antara lain menggunakan sungkup
beratapkan plastik bening (transparan).
Syarat Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman
pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan
kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya
akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan
penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8,
karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi
yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur
daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah
yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara
pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.
Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :
Paling masam (< 4.0) # Sangat asam (4.0 – 4.5) # Asam
(4.5 – 5.5) # Agak asam (5.5 – 6.5) # Netral (6.5 – 7.5) # Agak basa (7.5 –
8.5) # Basa (8.5 – 9.0) # Sangat basa (9.0). Pada pH tanah asam, ketersediaan
unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum menurun
dengan cepat. Pada pH tanah basa akan menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi,
Mangan, Borium, Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai
yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi
(Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup
banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi
pertumbuhan tanaman secara optimum.
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai
berikut :
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari
pertanaman sebelumnya.
Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 – 40 cm, kemudian
dikeringkan selama 7 – 14 hari.
Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk
bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm, tinggi 40 – 50 cm, lebar parit 60 – 70
cm, sedangkan panjang bedengan sebaiknya lebih dari 12 meter. Khusus pada tanah
yang banyak mengandung air (mudah becek), sebaiknya parit dibuat sedalam 60 –
70 cm.
Di sekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling
selebar dan sedalam 70 centimeter.
Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk
dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi ataupun kompos) yang
telah matang sebanyak 1,0 – 1,5 kg/tanaman.
Pada tanah yang pH-nya masam, bersamaan dengan pemberian
pupuk kandang dilakukan pengapuran sebanyak 100 – 125 gram/tanaman.
Pupuk kandang dan kapur pertanian dicampur dengan tanah
bedengan secara merata sambil dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin – anginkan
selama kurang lebih 2 minggu.
Catatan : Jika populasi cabai hibrida per hektar antara
18.000 – 20.000 tanaman pada jarak tanam 60 x 70 cm, maka diperlukan pupuk
kandang 18 – 30 ton, dan kapur pertanian 1,8 – 2,0 ton. Penyiapan Benih dan
Pembibitan Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar, dilakukan penyiapan
benih dan pembibitan di pesemaian. Untuk lahan (kebun) seluas 1 hektar
diperlukan benih + 180 gr atau 18 bungkus kemasan masing-masing berisi 10 gram.
Benih dapat disemai langsung satu dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun
pisang ataupun polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan
terlebih dahulu. Sebelum dikecambahkan, benih cabai sebaiknya direndam dulu
dalam air dingin ataupun air hangat 550 – 600 selama 15 – 30 menit untuk
mempercepat proses perkecambah-an dan mencucihamakan benih tersebut. Bila benih
cabai akan disemai langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag harus diisi
dengan media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk
NPK dihaluskan serta Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk campuran
adalah : tanah halus 2 bagian (2 ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk
kandang matang halus (1 ember volume 10 liter) + 80 gr pupuk NPK dihaluskan
(digerus) + 75 gr Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu
dimasukkan ke dalam polybag hingga 90% penuh. Benih cabai hibrida yang telah
direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 – 1,5 cm, lalu ditutup dengan
tanah tipis. Berikutnya semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di
bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3
hari agar cepat berkecambah. Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, maka
sehabis direndam harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain basah (lembab)
selama + 3 hari. Setelah benih keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat segera
disemaikan ke dalam polybag. Cara ini untuk meyakinkan daya kecambah benih yang
siap disemai dalam polybag. Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag
prinsipnya sama seperti cara di atas hanya perlu alat bantu pinset agar
kecambah benih cabai tidak rusak. Penyimpanan polybag berisi semaian cabai
dapat ditata dalam rak-rak kayu atau bambu, namun dapat pula diatur rapi di
atas bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm. Setelah semaian cabai tersebut
diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan sungkup dari bilah bambu
beratapkan plastik bening (transparan) ataupun jaring net kassa. Selama bibit
di pesemaian, kegiatan rutin pemeliharaan adalah penyiraman 1-2 kali/hari atau
tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter
air saat tanaman muda berumur 10 – 15 hari, serta penyemprotan pestisida pada
konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan
penyakit. Pemasangan MPHP Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan
bedengan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan pupuk buatan secara total
sekaligus. Jenis dan dosis pupuk yang biasa digunakan untuk cabai hibrida
adalah sebagai berikut : Untuk praktisnya dapat menghitung pupuk per bedengan.
Misalnya panjang bedengan 12 meter, jarak tanam 60 x 70 cm akan berisi 40
tanaman. Jadi, pupuk yang diperlukan sejumlah + 4 kg, yang terdiri atas
perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 Kcl, dengan catatan tiap 100 kg pupuk
campuran tadi ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 kg Furadan. Campuran pupuk buatan
ini disebar merata sambil diaduk dan dibalikkan dengan tanah bedengan. Kemudian
bedengan diratakan kembali sambil dirapihkan, dan setelah itu disiram air secukupnya
agar pupuk dapat larut ke lapisan tanah. Pemasangan MPHP sebaiknya
memperhatikan cuaca, yakni pada saat terik matahari antara pukul 14.00 – 16.00
agar plastik tersebut memanjang (memuai) dan menutup tanah serapat mungkin.
Pemasangan MPHP minimal dilakukan oleh 2 orang.
Caranya adalah : tariklah kedua ujung MPHP ke masing-masing
ujung bedengan arah memanjang. Kemudian dikuatkan dengan pasak bilah bambu
berbentuk “U” yang ditancapkan di setiap sisi bedengan. Berikutnya tarik pula
lembar MPHP ke bagian sisi kiri kanan (lebar) bedengan hingga nampak rata
menutup permukaan bedengan. Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap jarak
40 – 50 cm. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan dulu selama + 5 hari
agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) bibit cabai
yang ditanam. Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore
hari, dan bibit cabai telah berumur 17 – 23 hari atau berdaun 2 – 4 helai.
Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP harus dibuatkan lubang
tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 x 70 cm atau 70 x
70 cm, sedangkan cabai paprika 50 x 70 cm atau 60 x 70 cm. Pembuatan lubang
tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi
diisi arang. Penggunaan alat ini dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada
MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Dengan cara demikian MPHP
akan berlubang berupa bulatan-bulatan kecil berdiameter + 6 – 8 cm. Selain itu,
dapat juga menggunakan alat bantu bekas kaleng susu yang salah satu
permukaannya telah dipotong.
Cara penggunaan kaleng bekas susu ini adalah : tutupkan pada
calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian putarlah sambil ditekan
alakadarnya, maka akan langsung terbentuk lubang kecil. Cara lain adalah
menggunakan pisau silet atau pisau cutter dengan cara dikeratkan langsung pada
MPHP berbentuk bulatan kecil. Bibit cabai hibrida yang siap dipindahtanamkan
segera disiram dengan air bersih secukupnya. Kemudian bersama dengan polybagnya
direndam dalam larutan fungisida sistemik atau bakterisida pada dosis 0,5 – 1,0
gram/liter air selama 15 – 30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit.
Setelah media semainya cukup kering, bibit cabai hibrida dikeluarkan dari
polybag secara hati-hati. Caranya : ambil polybag berisi bibit sambil
dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari telunjuk dan jari
tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara pelan dan hati-hati, maka
bibit cabai akan keluar bersama akar dan medianya. Bibit cabai hibrida siap
langsung ditanam pada lubang tanam yang tersedia.
Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah
pada lubang tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit
dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat.
Bibit cabai hibrida yang disemai dalam polybag ini, begitu dipindahtanamkan
langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi). Selesai tanam,
segera disiram sampai tanahnya cukup basah. Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman
meliputi : pemasangan ajir (turus), penyiraman (pengairan), perempelan tunas
dan bunga pertama, pemupukan tambahan (susulan), perempelan daun bawah di bawah
cabang, pengendalian hama dan penyakit. Khusus untuk cabai paprika yang
sifatnya peka terhadap sinar matahari yang terik diperlukan naungan beratap
plastik bening (transparan).
Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal per bedengan,
atau 2 bedengan bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan maupun
ketersediaan bahan. Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk cabai paprika
(atau cabai hibrida di musim hujan), pada prinsipnya adalah sebagai berikut :
Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 – 80
cm di bagian pinggir bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4 meter.
Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah
lingkaran setinggi 160 – 200 cm dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan
memasukkan ujung bilah bambu ke dalam lubang bambu gelondongan yang letaknya
berpasangan.
Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu dengan yang
lainnya dengan bilah bambu yang dipasang memanjang, kemudian ikat dengan tali
kawat, hingga akhirnya sungkup (kerangka) naungan siap dipasang atap plastik
bening.
Pasang atap plastik bening, dan kuatkan dengan tali pengikat
agar tidak mudah lepas oleh terpaan angin. Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk
semua jenis atau varietas cabai hibrida umumnya meliputi : Pemasangan ajir
(turus) Cabai hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang
pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir
(turus) dari bilah bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm.
Ajir dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar
mengikuti arah panjang bedengan. Antara ajir dengan ajir lainnya dihubungkan
dengan bilah bambu memanjang (gelagar) tepat pada ketinggian 80 cm dari
permukaan tanah. Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman
belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kerusakan akar tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir. Khusus untuk
cabai paprika, pemasangan ajir setiap tanaman 1 ajir.
Pengairan (Penyiraman) Pada fase awal pertumbuhan atau saat
tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan kebun (adaptasi),
maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim
kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan
berikutnya dilakukan dengan cara dileb setiap 3 – 4 hari sekali. Pengeleban ini
airnya cukup sampai batas antara tanah bagian bawah dengan ujung MPHP. Setelah
tanah bedengan basah, airnya segera dibuang kembali melalui saluran pembuangan.
Tanah yang becek atau menggenang akan memudahkan tanaman terserang penyakit
layu. Di lahan tertentu yang tidak mungkin melakukan pengairan dengan cara
dileb, dapat menggunakan teknik kocoran melalui selang yang dialirkan di antara
4 tanaman. Ujung selang dimasukkan ke dalam lubang MPHP di tengah-tengah
bedengan. Tanaman cabai hibrida di bawah 40 hari, memerlukan pengairan yang
intensif dan rutin. Sedangkan tanaman yang sudah produktif (berbuah) tidak
mutlak memerlukan air banyak. Tetapi yang terpenting adalah menjaga agar tanah
tidak kekeringan. Perempelan Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang tumbuh
dari ketiak-ketiak daun. Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu
pertumbuhan secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perempelan
(pembuangan) tunas samping. Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman
cabai hibrida yang berumur antara 7 – 20 hari. Semua tunas samping dibuang agar
tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk cabang, maka perempelan tunas
dihentikan. Biasanya perempelan tunas ini dilakukan 2 – 3 kali. Tanpa
perempelan tunas samping, pertumbuhan tanaman cabai akan lambat. Ketika tanaman
cabai mengeluarkan bunga pertama dari sela-sela percabangan pertama, maka bunga
ini pun harus dirempel. Tujuan perempelan bunga perdana ini adalah untuk
merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak
dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Kelak tanaman cabai hibrida yang
sudah berumur 75 – 80 hari biasanya sudah membentuk percabangan yang optimal.
Daun-daun tua yang ada di bawah cabang dapat dirempel, terutama daun yang
terserang hama dan penyakit. Daun tua tersebut sudah tidak produktif lagi, bahkan
seringkali menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Perempelan daun-daun tua
ini jangan terlalu awal, sebab pertumbuhan cabang daun belum optimal. Kesalahan
perempelan daun tua, justru berakibat fatal, yakni menyebabkan tanaman cabai
tumbuh merana dan produksinya menurun. Pemupukan Tambahan (susulan) Sekalipun
tanaman cabai hibrida sudah dipupuk total pada saat akan memasang MPHP, namun
untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk tambahan (susulan).
Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan
tunas) adalah pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, misalnya Multimicro
dan Complesal cair. Interval penyemprotan pupuk daun antara 10 – 14 hari
sekali, dengan dosis atau konsentrasi yang tertera pada labelnya (kemasan)
pupuk daun tersebut. Pada fase pertumbuhan bunga dan buah (generatif), masih
perlu pemberian pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan Kaliumnya tinggi,
misalnya Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore Kalsium. Untuk memacu
pertumbuhan bunga dan buah, tanaman cabai yang berumur 50 hari dapat dipupuk
susulan berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, Kcl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak +
4 sendok makan. Cara pemberiannya adalah dengan melubangi MPHP diantara 4
tanaman. Kemudian pupuk dimasukkan melalui lubang tersebut sambil diaduk-aduk
dengan tanah dan langsung disiram air bersih agar cepat larut dan meresap ke
dalam tanah. Pemupukan susulan berikutnya masih diperlukan, terutama bila
kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang memuaskan atau karena terserang hama
dan penyakit. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah NPK sebanyak 4-5 kg
yang dilarutkan dalam 200 liter air (1 drum). Pemberiannya adalah dengan cara
dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 – 500 cc atau tergantung kebutuhan.
Cara pengocoran dapat dilakukandengan alat bantu corong atau selang sepanjang
0,5 – 1,0 m dimasukkan ke dalam lubang MPHP dekat pangkal batang tanaman cabai.
Pengocoran pupuk larutan ini dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Varietas
cabai hibrida umumnya bisa berbuah cukup lama, sehingga dapat dipanen beberapa
kali (12 – 14 kali), terutama pada hibrida Hot Beauty dan Hero. Setiap kali
selesai panen perlu dipupuk susulan untuk mempertahankan produktivitas buah.
Jenis dan dosis pupuknya adalah berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl, (1
: 1 : 1 : 1) sebanyak 2 sendok per tanaman yang diberikan di antara 2 tanaman
cabai bagian kiri dan kanan. Pada kondisi pertumbuhan tanaman cabai cukup
bagus, pemberian pupuk susulan ini cukup sebulan sekali. Pemupukan Nitrogen
pada cabai hibrida dianjurkan 2 macam sumber N, yaitu ZA san Urea. Pupuk ZA
selain mengandung unsur Nitrogen, juga kaya akan unsur Belerang (S) yang
diperlukan untuk pertumbuhan cabai hibrida secara optimal. Mulsa plastik yang
dianggap baik di daerah subtropis adalah yang berwarna hitam dengan ketebalan
50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPH) sudah membudaya pada tanaman mentimun,
tomat, strawberri dan kubis bunga. Adaptasi atau pengembangan teknologi sistem
Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan Taiwan yang memperkenalkan Mulsa Plastik
Hitam Perak (MPHP).
MPHP ini memiliki dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama
berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk menutup
permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan atas tempat menanam suatu
tanaman budidaya. Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :
1. Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum
tanam.
Warna hitam dari mulsa menimbul-kan kesan gelap sehingga
dapat menekan rumput-rumput liar atau gulma.
Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ;
sehingga dapat mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak
langsung menekan serangan penyakit virus.
Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah
relatif tetap (stabil).
Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan
unsur hara oleh sinar matahari.
Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar
dari percikan air tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit
busuk buah.
Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga
pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan
gas fumigan seperti Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses
pembentukan gas zat fumigan tanpa harus membeli plastik khusus.
Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan
penyiangan dan penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat
dialokasikan dari biaya pemeliharaan tanaman tersebut.
Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan
air dari dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman
(pengairan). Salah satu faktor penghambat peningkat-an produksi cabai adalah
adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai
karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun
(Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.) berkisar antara 5% – 30%.
Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai diajurkan penerapan
pengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara
Terpadu (PHPT) ini mencakup pengen-dalian kultur teknik, hayati (biologi),
varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, peraturan-peraturan, dan
cara kimiawi. HAMA CABAI Ulat Grayak (Spodoptera litura) Serangga dewasa dari
hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada
sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan
ditutp dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur
akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian
menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik
segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan
menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup
dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari. Stadium yang
membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang
bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini memangsa segala jenis
tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak
terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari.
Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian
bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai
dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan hama ini
menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat
proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat
dilakukan dengan cara :
1. Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan
langsung dibunuh.
Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan
sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan
rotasi tanaman.
Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan
insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac,
Bactospeine, dan Thuricide.
Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan.
Sex pheromone merupakan aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang
dapat menimbulkan rangsangan sexual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk
menghampiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex
pheromone dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama “Ugratas” atau Ulat Grayak
Berantas Tuntas berwarna “merah” sangat efektif untuk dijadikan perangkap
kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemasangan Ugratas merah
ini adalah dimasukkan ke dalan botol bekas aqua volume 500 cc yang diberi
lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabai
cukup dipasang 5-10 buah Ugratas merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih
tinggi di atas tanaman cabai. Daya tahan (efektivitas) Ugratas ini + 3 minggu,
dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan
penggunaan Ugratas ini antara lain : aman bagi manusia dan ternak, tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida,
tidak menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkem-bangan hama
tersebut.
Kimiawi, yaitu disemprot insektisida seperti Hostathion 40
EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.) Kutu
daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan
segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk
tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan
biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak
tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 – 10
hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun, pucuk,
tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan
daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan
akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun. Kehadiran kutu daun di kebun
cabai, tidak hanya menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai penular
(penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan
cairan manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan
ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses
fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat
dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop)
di sekeliling kebun cabai, misalnya jagung.
Kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan
selektif seperti Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1 – 0,2 cc/liter, Decis
2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%. Lalat Buah (Dacus
ferrugineus) Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan
meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas, kemudian
merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi bercak-bercak bulat,
kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai yang terserang akan dihuni
larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya semua bagian buah cabai rusak,
busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu,
dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat
dilakukan dengan cara :
Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan
tanaman inang lalat buah.
Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang
terserang, kemudian dimusnahkan.
Kimiawi, yaitu dengan pemasangan perangkap beracun “metil
eugenol” atau protein hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan maupun
betina. Dapat pula disemprot langsung dengan insektisida seperti Buldok,
Lannate ataupun Tamaron. Thrips (Thrips sp.) Spesies Thrips yang sering
ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa
pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 –
12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan
gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang
berat dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips ini kadang-kadang
berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat
dilakukan dengan cara :
1. Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak
menanam cabai secara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman
muda akan terserang parah. 1. Kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida
Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40 EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25
EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC (0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%)
maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%). Tungau (Tarsonemus translucens) Tungau
berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman
(polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif
di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang
tanaman cabai dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat
serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan
yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabai tumbuh tidak
normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan
cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC
(0,2%). PENYAKIT CABAI Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang,
kacang tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit,
bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan
alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di
dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya
menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu
menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang
diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air
bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan
berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir
(slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai
adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh
bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit
bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi
paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara
terpadu, yaitu :
Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara
direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek
atau menggenang.
Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman
yang sehat.
Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara
disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang
diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran
tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae Layu Fusarium
(Fusarium oxysporum Sulz.) Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan
bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH
rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan
warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya
tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan
mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan
bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat
dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian
direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi
sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari
pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat
dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu :
Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam
larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air
selama 10-15 menit.
Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan
(Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber
infeksi bagi tanaman yang sehat.
Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan
bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal,
Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber
atau terkena cendawan. Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd).
Butl. et. Bisby). Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose
atau “patek”. Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan
oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici.
Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil
kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan
akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap.
Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal
serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah,
kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat
titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang
berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai “mummi” dengan
warna buah seperti jerami.
Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :
Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida
berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun
berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman
benih antara 4-8 jam.
Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum
tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x 70
cm, sedangkan di musim hujan 60 x 70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi
empat atau segi tiga zig-zag.
Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang
gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi
sarang hama dan penyakit.
Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan,
kemudian dimusnahkan (dibakar). 1. Penyemprotan dengan fungisida seperti
Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane M-45, Daconil, Topsin,
Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili
Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah
untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa. Bercak Daun
(Cercospora capsici Heald et Wolf) Penyebab penyakit bercak daun adalah
cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan
bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan
garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih
dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat
menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa
didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek,
dan Benlate secara berselang-seling. Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell
& Marf) Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala
serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua
sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan
membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria
dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada
bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara
menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane
M-45 dan Score, secara berselang-seling. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan
nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang
seluruh batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini,
ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang
terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke
arah sumbu panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena
membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan
jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan
buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti
Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling. Virus Penyakit virus
pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic
Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic
Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).
Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan
mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu
oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang
terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan
buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara
:
Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan
Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan
terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang
bukan famili Solanaceae. Penyakit Fisiologis Merupakan keadaan suatu tanaman
menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme.
Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai yang paling sering
ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabai
akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai Paprika. Tanaman cabai yang
kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak
hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di
tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabai
menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya
kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha
pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu
mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata.
Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif berbuah tetapi baru diketahui
kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung
unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak tahan terhadap sinar
matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan menyebabkan terbakarnya
kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang nampak di bagian luar adalah warna
kulit buah berubah menjadi keputih-putihan hingga kecoklatan dan mengkerut.
Meskipun tidak menjadi busuk basah, tetapi warna buah menjadi jelek dan
kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian terhadap sengatan sinar matahari
adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan plastik transparan
(bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening selain dapat
mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi
tingginya temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan
kelembaban relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping itu,
pengaruh naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.
PANEN CABAI HIBRIDA
Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh faktor jenis
atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai
mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan
selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana
dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah
dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai
dipilih pada tingkat kemasakan 85% – 90% saat warna buah merah-kehitaman. Di
dataran rendah, panen cabai untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali ;
sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali. Pada cabai paprika,
persyaratan layak panen adalah bila buahnya telah mencapai ukuran maksimal,
hampir matang tetapi warnanya masih hijau. Buah cabai paprika yang dipanen
terlalu muda bobotnya akan menurun secara drastis dan kurang tahan angkut
(cepat rusak). Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen terlalu matang atau
warnanya sudah merah, maka kualitasnya kurang disukai pasar (konsumen). Kecuali
beberapa varietas cabai paprika memang khusus untuk dipanen buah merah ataupun
buah kuning. Cara panen cabai hibrida adalah memetik buah bersama tangkainya
secara hati-hati di saat cuaca terang. Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah,
kemudian dikumpulkan di tempat penampungan. Pada pertanaman yang baik, dapat
menghasilkan produksi antara 20-40 ton/ha. Khusus cabai paprika minimal dapat
menghasilkan 5-10 ton/hektar, harga jualnya lebih mahal dibanding dengan
jenis-jenis cabai lainnya.
PASCA PANEN CABAI HIBRIDA Cabai Segar
Pemilihan buah (seleksi dan sortasi)
Di tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih berdasarkan
warna merah, masih kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat dengan buah
sakit atau rusak (busuk).
Pengkelasan (klasifikasi)
Khusus untuk diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih
buah-buah cabai yang panjangnya minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak
terlalu matang.
Pewadahan (pengemasan)
Untuk sasaran pasar lokal, pewadahan cabai dapat dilakukan
dalam karung plastik yang tembus udara ataupun keranjang bambu.
Untuk sasaran pasar ekspor, buah-buah cabai ditata rapi
dalam kardus-kardus ukuran 30 x 40 x 50 cm berisi + 20 kg, dan berventilasi
atau dibuatkan lubang-lubang kecil.
Penyimpanan
Penyimpanan sementara sebelum dipasarkan, sebaiknya di
tempat (ruang) yang teduh dan cukup lembab, serta sirkulasi udara baik.
Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat dilakukan
dalam ruang dingin (cold storage) yang suhunya rendah antara 2-15 derajat
Celcius dan kelembabannya tinggi sekitar 90%-95% agar tetap segar selama + 20
hari. Cabai Kering Pemasaran cabai kering memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya memudahkan pengangkutan, produk-nya dapat dikemas secara ringkas
dan tahan lama.
Pembersihan
Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang (berwarna merah),
kemudian dicuci bersih dan tangkainya dibuang.
Pembelahan
Setelah buah cabai ditiriskan, segera dibelah dan dibuang
biji-bijinya.
Perendaman sesaat dalam air hangat (blanching)
Buah-buah cabai segar segera dicelupkan ke dalam air
mendidih yang telah dicampur Kalium Metabisulfit 0,2%. Lama perendaman + 6
menit, kemudian disusul pencelupan ke dalam air dingin. Tujuan blanching adalah
untuk menambah ketahanan warna buah sehingga tidak cepat berubah terjadi coklat
(browning).
Pengeringan
Pengeringan cabai dapat dilakukan secara alami (sinar
matahari) selama 7-10 hari, ataupun dengan alat mekanis yang bersuhu 600 C
sehingga dapat kering selama 12-20 jam. Pengeringan dengan alat mekanis
memiliki beberapa keuntungan, antara lain waktunya relatif singkat, bersih, dan
kadar air dapat seminim mungkin + 10%. * Penyimpanan Cabai kering dapat dikemas
dalam kantong ataupun karung plastik tertutup rapat. Tempat penyimpanannya yang
baik adalah ruangan kering dengan kelembaban 70%.
Demikianlah arrtikel mengenai Cara Budidaya Cabai Hibrida
Popular Posts
TIPS DAN TRIK CARA MENANAM BAWANG PUTIH DIRUMAH
- Get link
- X
- Other Apps

CARA MUDAH BUDIDAYA SAWI PUTIH DENGAN BAIK DAN BENAR
- Get link
- X
- Other Apps

4 LANGKAH CARA MENANAM PARE/PARIA YANG BAIK DAN BENAR SERTA KUALITAS
- Get link
- X
- Other Apps

LANGKAH-LANGKAH CARA MENANAM DAN BUDIDAYA TANAMAN BUAH TOMAT HIBRID
- Get link
- X
- Other Apps
6 TRIK DAN TIPS CARA MENANAM BUAH PEPAYA DIDALAM POT HASIL MAKSIMAL
- Get link
- X
- Other Apps

CARA BUDIDAYA TANAMAN KACANG PANJANG YANG ,BAIK EFEKTIF DAN EFESION
- Get link
- X
- Other Apps

CARA-CARA MENANAM DAN MEMBUDIDAYAKAN BUAH ANGGUR LOKAL
- Get link
- X
- Other Apps

TRIK 4 LANGKAH-LANGKAH CARA BUDIDAYA PAPRIKA DENGAN BAIK DAN BENAR
- Get link
- X
- Other Apps

4 LANGKAH TRIK DAN CARA BUDIDAYA TANAMAN SAYAUR SAWI
- Get link
- X
- Other Apps

CARA SEDERHANA HASIL MELIMPAH BUDIDAYA TANAMAN WORTEL ORANGE
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment